Kita sering kali mendengar kematian mendadak setelah berolah raga.
Baik itu sepak bola, bersepeda atau lainnya. Dari gejala-gejala yang
digambarkan, dikesankan bahwa serangan jantunglah penyebabnya. Seketika
kesehatan jantung menjadi perhatian banyak orang. Dalam tulisan ini
saya ingin mengulas bagaimana hubungan antara tidur yang sehat, olah
raga dan kesehatan jantung.
Cukup Tidur
Semua
orang tahu, bagaimana olahraga amat bermanfaat bagi kesehatan,
terutama jantung manusia. Tetapi mengorbankan tidur demi berolah raga
tidaklah bijak. Bagi para atlet, tidur amatlah penting untuk
meningkatkan prestasi. Ini dikonfirmasi oleh berbagai data penelitian
yang menunjukkan bahwa atlet dengan tidur yang cukup lebih berprestasi
dibanding yang tidak.
Kini, jumlah tidur yang cukup, dikaitkan dengan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Laporan dari Harvard Heart Letter
Januari 2007 menghubungkan antara kekurangan tidur dengan tekanan
darah tinggi, atherosklerosis, payah jantung, serangan jantung dan
stroke, hingga diabetes dan obesitas. Diduga kondisi kurang tidur akan
meningkatkan kadar zat-zat inflamasi yang pada akhirnya menyebabkan
penyakit-penyakit kronis tersebut.
Baru-baru ini, para peneliti dari the University of Warwick
menyatakan bahwa jika kita tidur kurang dari enam jam sehari, kita akan
mempunyai risiko 48 persen lebih besar untuk menderita atau meninggal
akibat penyakit jantung, dan kemungkinan 15 persen lebih untuk
menderita atau meninggal akibat stroke. Penelitian yang diterbitkan
dalam European Heart Journal terbitan 8 Februari 2011 juga
mengungkapkan fakta gaya hidup tidur larut malam dan bangun sepagi bisa
menjadi bom waktu bagi kesehatan kita.
Dalam tulisannya, para
peneliti menerangkan bahwa jumlah tidur yang pendek dalam waktu lama,
akan menghasilkan beberapa zat yang nantinya menjadi risiko bagi
berkembangnya tekanan darah tinggi, peningkatan kolesterol, diabetes,
obesitas, hingga penyakit jantung dan stroke.
Hal senada diungkap dalan jurnal SLEEP 1 Agustus 2010. Para peneliti dari West Virginia University School of Medicine
menyatakan bahwa jumlah tidur ideal bagi kesehatan jantung adalah 7 jam
sehari. Penelitian ini mengikuti kebiasaan tidur 30.000 orang dewasa.
Mereka menemukan bahwa tidur kurang maupun berlebih akan meningkatkan
risiko penyakit jantung. Mereka yang tidur kurang dari 5 jam mempunyai
risiko dua kali lipat untuk menderita penyakit jantung, sementara yang
tidur lebih dari 9 jam perhari berisiko satu setengah kali lipat.
Sleep Apnea
Yang
unik, tidur lebih dari 7 jam pun menunjukkan peningkatan risiko
penyakit kardiovaskular. Walau para peneliti menyatakan tidak mengetahui
penyebabnya secara pasti, diduga gangguan tidur yang menyebabkan
kantuk berlebih menjadi penyebabnya. Jadi bukan kelebihan tidur, tetapi
kantuk berlebihan yang perlu diperhatikan.
Sleep apnea
atau henti nafas tidur, merupakan gangguan pernafasan saat tidur yang
ditandai dengan ngorok, mendengkur dan kantuk berlebihan, hipersomnia.
Penderitanya mudah dikenali dari penampilannya yang selalu mengantuk.
Apalagi ketika tertidur, kita dengan mudah mendengar deru dengkuran.
Ketika tidur, saluran nafas penderita sleep apnea akan melemas hingga menyempit dan pada akhirnya menyumbat.
Akibatnya,
walau gerakan nafas tetap ada, udara tidak dapat lewat. Karena sesak,
penderitanya akan terbangun-bangun sepanjang malam, tanpa sadar. Tak
heran jika orang yang mendengkur bangun dengan rasa tak segar dan terus
mengantuk tanpa tahu sebabnya. Berhentinya nafas saat tidur,
menyebabkan jantung bekerja keras, bahkan ekstra keras. Ini ditunjukkan
dalam pemeriksaan tidur pendengkur yang juga meliputi perekaman
jantung, dimana irama jantung jadi tak beraturan. Kesimpulannya, ngorok
berakibat buruk bagi kesehatan jantung.
Dalam panduan yang dikeluarkan oleh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, sleep apnea sudah dinyatakan sebagai salah satu penyebab utama hipertensi. Selanjutnya Heart Failure Society of America di tahun 2006 mengeluarkan panduan yang didalamnya juga menyertakan pemeriksaan akan risiko sleep apnea dalam tata laksana penyakit jantung.
Olah Raga dan Tidur
Olah raga saja sepertinya tidak cukup bagi kesehatan jantung. Tidur
yang sehat, cukup dan tidak mendengkur ternyata jauh lebih penting.
Selama ini kita ketahui bahwa pendengkur adalah orang-orang yang gemuk.
Tetapi ternyata banyak juga atlet dengan proporsi tubuh yang baik, juga
menderita sleep apnea.
Kematian para atlet di usia 40-an menjadi perhatian. Di Amerika beberapa pensiunan atlet NFL diduga menderita sleep apnea. Reggie White meninggal secara mendadak di tahun 2004 pada usia 43 tahun, dan sleep apnea diduga berperan. Di Inggris kematian mendadak seorang atlet saat mengikuti triathlon juga mengagetkan khalayak.
Tom
Zehmisch, berbeda dengan para atlet NFL yang berbadan besar,
sebenarnya berperawakan langsing dengan penampilan. Ia berusia 46 tahun
ketika meninggal akibat serangan jantung saat bersepeda dalam sebuah
lomba triathlon. Tom dilaporkan tidur mendengkur, salah satu tanda dari
sleep apnea. Sleep apnea pada atlet atau penggemar
olah raga menjadi amat penting. Bayangkan saat terjaga dan berolah
raga, jantung bekerja keras. Kemudian saat tidur, jantung malah bekerja
semakin keras lagi akibat henti nafas. Jantung tak pernah
beristirahat.
Penanganan sleep apnea diawali dengan
pemeriksaan tidur di laboratorium tidur menggunakan alat bernama
polisomnografi. Dari pemeriksaan ini akan didapatkan diagnosa sleep apnea,
serta derajat dan karakter henti nafas yang dialami. Di samping itu,
kondisi dan fungsi jantung selama tidur pun akan terlihat.
Berangkat
dari hasil diagnosa kita akan dapat memilih perawatan yang tepat bagi
setiap pasien. Pilihan utama perawatan adalah dengan menggunakan CPAP (continuous positive airway pressure). Alternatif lain adalah dengan jalan pembedahan atau penggunaan dental appliances.
Beberapa contoh pengguna CPAP yang populer adalah peserta the Biggest Looser
Sherry Johnston dan Sean Algaier, serta atlet NFL lainnya Percy Harvin.
Kepada stasiun TV NBC, ia mengungkapkan bahwa ia didiagnosa oleh
dokter menderita sleep apnea yang diduga telah menyebabkan migren parah yang telah membuatnya sering kali absen dari latihan.
Setelah
jatuh pingsan di salah satu sesi latihan, ia segera dilarikan ke rumah
sakit. Para dokter yang melihatnya sering mengalami henti nafas segera
melakukan pemeriksaan tidur. Sejak itu ia pulang dengan membawa alat
kecil untuk menemani tidurnya. Kini ia tidur dengan sehat, tanpa
mendengkur, apalagi henti nafas. Dan ia pun meneruskan karir atletnya
dengan gemilang.
****
Kematian akibat serangan jantung
selalu datang tiba-tiba. Kita sebagai manusia, harus bisa menjaga dan
merawat kesehatan jantung. Untuk itu, saya selalu mengingat pesan dari
Prof. William Dement, bapak kedokteran tidur: Untuk mencapai kesehatan
yang optimal kita membutuhkan tiga faktor utama, kebugaran fisik,
nutrisi yang seimbang dan TIDUR yang sehat.
Minggu, 06 Januari 2013
Kesehatan jantung, kematian mendadak, olahraga, dan tidur
07.27
No comments
0 komentar:
Posting Komentar