Katanya, berobat di luar negri itu hebat? Entah apanya yang hebat,
saya tidak tahu. Habisnya, saya belum pernah ke rumah sakit di sana, dan
boleh dikatakan saya tidak pernah sakit, kecuali dulu waktu mahasiswa.
Jangankan berobat ke luar negeri, untuk membayar rumah sakit waktu itu
saja, saya harus menggadaikan ijazah saya. Dan, waktu itu rasanya
berobat ke luar negeri belum ngetren. Tidak seperti sekarang.
Kemudian, hebat, tidak hebat itu, apa sih ukurannya?
Gedungnya
yang mewah, alat-alatnya yang canggih, pelayanannya yang luar biasa,
diagnosisnya yang akurat, obat-obatnya yang manjur, biayanya yang murah.
Atau barangkali, ketika Anda diperkirakan sudah mau meninggal di sini,
di Indonesia, atau harapan hidup Anda sudah pendek, dikatakan tidak
dapat sembuh lagi di sini, lalu anda berobat ke Singapura atau Malaysia,
lantas tidak demikian, Anda tidak jadi meninggal, Anda kemudian dapat
berlari lagi?
Berapa orang sih yang sudah kritis di sini, orang
yang dikatakan sudah tidak ada harapan lagi, alias sekarat, kemudian
diterbangkan ke sana, lalu bangun, pulih lagi? Barangkali ada, 1-2 orang
pasien.
Apa di rumah sakit di Indonesia, tidak ada kasus
seperti itu? 1-2 pasien yang dikatakan sudah tidak ada harapan hidup
lagi, hanya dengan pasrah dan berdoa saja juga ada yang pulih kembali.
Ok,
untuk melihat hebatnya berobat di luar, sekarang ambil satu aspek saja
dulu, alat-alatnya yang canggih, lengkap. Alat yang canggih, lengkap
sering dijadikan patokan bagi pasien bahwa suatu rumah sakit itu hebat.
Bahkan. gedung yang besar-megah juga dikaitkan dengan itu. Nah,
misalnya Anda menjadi pasien, dengan alat-alat yang canggih itu Anda
diperiksa, kemudian Anda merasa puas, senang, bangga karena dengan
alat-alat itu penyakit Anda sangat mudah dipastikan.
Semua alat
diagnostik yang modern itu lantas digunakan untuk menyidik kemungkinan
penyakit Anda. Dari A samapai Z diperiksa, hasilnya dari A sampai Z juga
ada. Ini lah hebatnya di sana, kalau Anda misalnya mengeluh sakit
kepala, tengkuk Anda sering berat, anda hanya menderita hipertensi,
tetapi semuanya akan diperiksa. Urin, darah Anda, apapun yang dapat
diperiksa oleh alat yang canggih itu, maka akan diperiksa. EEG, CT Scan,
bahkan MRI juga tidak dilupakannya. Lalu, hasilnya, tumpukan lembaran
kertas, file, foto-foto Anda bawa pulang, banyak catatan di situ, ada
yang diberi bintang (bintangnya barangkali sama dengan tanda bintang
proyek di DPR), artinya bahwa ada yang tidak normal, sesuai dengan
standar rata-rata yang berlaku.
Kenaikan nilai sedikit saja di
atas nilai yang dianggap normal, akan diberi bintang. Berdasarkan hasil
itu, kemudian Anda akan divonis dengan penyakit ini, itu. Anda pasti
cemas, takut, dan diminta kembali kontrol. Inilah salah satu hebatnya di
sana, diagnosis kadang-kadang ditegakkan berdasarkan laboratorium,
alat-alat yang canggih aspek lain dilupakan. Dan, penyalahgunaan alat
diagnostik yag tidak perlu bukan tidak sering terjadi, tetapi karena
Anda di luar, dan barangkali tidak tahu Anda diam saja. Inilah kehebatan
lain yang saya lihat.
Lalu, dalam catatan akhir Medical Record
yang Anda bawa pulang pasti juga ada diagnosis. Pada pasien di atas
misalnya Hipertensi grade II dengan Cephalgia. Dan, disamping itu Anda
akan disarankan kontrol ulang 6 bulan, 4 bulan atau bahkan lebih cepat
dari itu. Tidak hanya itu, segepok obat juga akan menemani perjalanan
Anda pulang ke Indonesia, tergantung kesepakatan Anda mau kontrol lagi
ke sana. 4, 5, 6, 7, bahkan 8 macam obat menjadi sarapan pagi, siang,
dan malam Anda sampai 3-6 bulan berikutnya. Bayangkan, berapa kantong
obat yang harus Anda beli di sana, seperti tersirat bahwa obat itu tidak
ada di sini, atau barangkali lebih mahal, dan mereka seperti juga
mereka sangat yakin bahwa obat-obat itu tidak akan bermasalah selama
Anda makan obat itu, sampai 3 bulan atau 6 bulan berikutnya. Itu lah kehebatan lainnya
Satu
kasus yang dialami pasien saya ini, mungkin dapat menggambarkan
kehebatan itu. Pasien, sebut saja Tuan S bila berobat di tempat saya,
Tuan A kalau lagi berobat di Singapura, umur 78 tahun. Tn S ini memang
pasien lama dengan diagnosis Diabetes mellitus, dan hipertensi. Tiga
hari setelah pulang berobat di Luar Negri. Tn S atau Tn A ini mengeluh
badannya terasa tidak enak, kadang-kadang berkeringat dingin, seperti
mau pingsan.
"Ini dok, hasil pemeriksaan di sana,"
ungkapnya sebelum saya periksa sambil mengeluarkan satu persatu lembaran
-lembaran hasil laboratorium, foto-foto yang dikerjakan di sana.
Terakhir, dari dalam tas yang satu lagi, pasien mengeluarkan
obat-obatan, lalu menumpuknya di atas meja periksa saya.
Selintas saya lihat ada ada 8-10 macam obat, obat hipertensi, diabetes, selain dua macam obat Insulin entah obat apalagi. "Woow, banyak sekali obatnya Pak," kata saya setengah bertanya. "Ya dok, kata pasien, sambil menunjukkan satu persatu obat-obat itu."
Melihat
banyaknya pemeriksaan yang dilakukan, obat yang dibawa pasien, saya
tidak tahu berapa kira-kira biaya yang dikeluarkan untuk itu. Oke lah,
pemeriksaan yang canggih, obat yang mahal bagi sebagian orang mungkin
tidak masalah, apalagi yang berobat ke luar itu kantongnya memang
tebal-tebal. Tetapi bagaimana pun pintarnya seorang dokter di luar sana ,
obat segopok untuk 3-6 bulan itu belum tentu akan cocok dan aman, dan
sesuatu yang tidak dikehendaki bisa terjadi. Inilah sisi lain kehebatan
berobat di luar.
Lalu, bila Anda mengalami efek samping
demikian, Anda akan terbang ke sana atau kalau ada sesuatu kejadian yang
dianggap malpraktik, apakah Anda akan menuntut? Ingat, kasus tuntutan
malpraktek cukup tinggi di sana, hanya Anda barangkali tidak tahu, atau
tidak berani.
Nah, dari beberapa pengalaman saya dengan
pasien-pasien yang pernah konsultasi setelah kembali berobat di sana,
dan contoh kasus di atas, maka sering saya bertanya, "Apakah ini yang dikatakan hebat?"
Saya tidak menutup mata, pasti ada kelebihan di sana, tetapi bukan
berarti tidak ada kekurangan juga. Bahkan, saya melihat, pasien-pasien
dari Indonesia sering jadi objek, kalau boleh saya katakan, untuk
mencari uang sebanyak-banyaknya.
Minggu, 06 Januari 2013
Berobat di luar negeri, apa hebatnya?
07.28
No comments
0 komentar:
Posting Komentar