Fenomena bahasa alay yang
kerap digunakan dalam media sosial maupun percakapan sehari-hari
menarik untuk dibahas. Pergeseran struktur kata yang terjadi di masa
sekarang dan oleh semua kalangan membentuk banyak kosakata baru. Kata
serius berubah menjadi ciyus, kata beneran berubah menjadi enelan, contoh
kata-kata ini sebenarnya seperti pelafan dari seorang balita yang belum
fasih berbicara. Bahasa alay tersebut dapat dikategorikan sebagai ragam
bahasa lisan.
Tidak hanya bahasa lisan saja
yang mempunyai perubahan bentuk dari kata bahasa baku menjadi bahasa
alay, sebelumnya ‘tulisan alay’ telah lebih dulu populer. Seperti
contohnya tulisan berikut, H4Hh? Sa11yA gg4k N63rT1… dapat dilihat bahwa
ragam tulis tersebut menggabungkan antara huruf dan angka. Huruf
kapital juga ditulis secara acak dalam kata. Pada awalnya tulisan
semacam ini digunakan dalam pesan singkat di telepon seluler, kemudian
muncul di berbagai situs media sosial.
Beberapa kalangan yang
menggunakan bahasa seperti ini sering disebut atau dicap sebagai ‘anak
layangan’ atau ‘alay’. Maksud penamaan akan hal ini adalah sebagai
pengelompokkan atas ketidaknormalan dalam merangkai penulisan kata atau
kalimat. Namun yang terjadi sekarang, hampir semua kalangan masyarakat
menggunakan kata ciyus sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan kata tersebut dianggap sebagai hal yang lucu dan lazim diucapkan.
Perubahan
bahasa baku bisa meliputi perubahan struktur huruf dan kata baku
menjadi sebuah tulisan yang tidak biasa dan dikenal dengan sebutan
‘pengalayan’. Perubahan tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu
perubahan tulisan dan perubahan lafal dan tulisan. Yang dimaksud dengan
perubahan tulisan adalah pencampuran antara kata dan huruf dalam sebuah
kata, bisa juga meliputi pencampuran huruf kapital dalam kata, sedangkan
yang dimaksud dengan perubahan lafal dan tulisan adalah kata baku yang
berubah pelafan, seperti pencadelan dan pemberian kesan imut.
Berikut ini contoh dari perubahan tulisan:
1. H4Hh? Sa11yA gg4k N63rTi
2. m3t b’r4kt!vT4$ , c4L@m cuKces
Dari contoh di atas dapat
dilihat bahwa terdapat perubahan tulisan yang memadukan antara huruf dan
angka. Perubahan ini terjadi karena adanya suatu penulisan yang
dianggap mengikuti perkembangan zaman pada masa itu. Penyebaran
penulisan ini berlangsung pada media komunikasi, berupa telepon seluler,
karena pada masa itu media sosial, seperti facebook atau twitter belum begitu banyak dikonsumsi banyak orang.
Belakangan ini, terutama di media sosial, sedang marak penggunaan atau pengucapan kata yang berupaya terdengar imut dan lucu — seperti diucapkan balita yang masih cadel. Gejala
bahasa alay terbaru ini agak berbeda dengan bahasa alay edisi
sebelumnya yang cenderung merepotkan pembacanya (bahkan pengguna
sendiri). Kalau dulu, bahasa alay lebih menekankan pada permainan
huruf-angka-huruf-angka serta penggunaan huruf yang jarang digunakan.
Berikut ini contoh perubahan lafal dan tulisan:
1. Cungguh
2. Ciyus
3. Miapah
4. Cemungudh
5. Chayank
Penggunan bahasa alay ini memiliki perubahan konteks antara zaman terdahulu dengan zaman terkini, yaitu jika yang terdahulu banyak digunakan untuk sungguh-sungguh mengatakan apa yang ia sampaikan, yang terkini banyak digunakan dalam konteks bercanda.
Dari contoh-contoh di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa fenomena bahasa alay telah banyak
mengubah kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini masih bisa dianggap wajar
apabila tidak menjadi suatu kebiasaan. Bahasa Indonesia mengalami
perubahan seiring berjalannya waktu. Di setiap perubahannya, terdapat
perbedaan yang nyata, seperti contohnya dalam perubahan tulisan dan
perubahan lafal dan tulisan. Dampak positif dalam hal ini adalah sebagai
bahan lelucon antarorang yang dapat menambah keakraban, tetapi dampak
negatifnya adalah banyak masyarakat cenderung menjadi tidak tahu kadiah
bahasa Indonesia yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar